LITERASI KEUANGAN UNTUK GENERASI MUDA: AWAL TAHUN SEBAGAI MOMENTUM MEMBANGUN KEBIASAAN KEUANGAN YANG SEHAT

Haria Saputri, S.Pd.,S.E., M.Ak
Dosen Prodi S1 Akuntansi


Tahun 2024 membawa peluang dan tantangan baru, khususnya bagi generasi muda yang mulai beradaptasi dengan dinamika ekonomi modern. Dalam era digitalisasi yang semakin pesat, generasi muda memiliki akses mudah terhadap informasi, teknologi keuangan, dan berbagai layanan finansial. Namun, kemudahan ini sering kali tidak diimbangi dengan pemahaman keuangan yang memadai, sehingga risiko pengelolaan keuangan yang buruk menjadi nyata. Sebagai dosen akuntansi di STIE Ganesha, saya melihat pentingnya literasi keuangan sebagai fondasi untuk membangun kebiasaan keuangan yang sehat bagi generasi muda. Awal tahun 2024 adalah momentum yang tepat untuk memulai perjalanan menuju pengelolaan keuangan yang lebih baik. Artikel ini akan menguraikan peran literasi keuangan, tantangan yang dihadapi generasi muda, strategi membangun kebiasaan keuangan yang sehat, serta peran edukasi dalam meningkatkan literasi keuangan.


Apa Itu Literasi Keuangan?

Literasi keuangan adalah kemampuan untuk memahami konsep dasar keuangan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Literasi keuangan mencakup tiga aspek utama: pengetahuan keuangan, keterampilan keuangan, dan sikap keuangan. Pengetahuan keuangan mencakup pemahaman tentang konsep dasar seperti anggaran, tabungan, investasi, utang, dan asuransi. Seseorang yang literate secara finansial harus mampu memahami bagaimana cara mengatur anggaran, menabung dengan bijak, berinvestasi dengan tepat, mengelola utang, dan memilih asuransi yang sesuai

Keterampilan keuangan adalah kemampuan praktis untuk menerapkan pengetahuan keuangan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ini mencakup kemampuan untuk membuat anggaran, mengelola arus kas, dan mengambil keputusan keuangan yang bijak. Misalnya, seseorang harus mampu membuat anggaran bulanan yang mencakup pendapatan dan pengeluaran, serta mengelola arus kas agar tidak terjadi defisit. Selain itu, keterampilan ini juga mencakup kemampuan untuk memilih produk keuangan yang sesuai, seperti memilih investasi yang tepat atau asuransi yang sesuai dengan kebutuhan

Sikap keuangan adalah pola pikir yang positif terhadap pengelolaan uang dan bertanggung jawab atas keputusan finansial. Ini berarti memiliki kesadaran untuk mengelola uang dengan bijak, tidak terjebak dalam perilaku konsumtif, dan memiliki rasa tanggung jawab atas setiap keputusan finansial yang diambil. Sikap ini penting karena akan mempengaruhi bagaimana seseorang membuat keputusan keuangan dan menghadapi situasi keuangan yang kompleks. Sikap yang baik terhadap pengelolaan uang dapat membantu seseorang untuk mencapai stabilitas keuangan dan menghindari masalah keuangan di masa depan

Di tengah meningkatnya akses terhadap teknologi keuangan, literasi keuangan menjadi semakin penting bagi generasi muda untuk mengelola uang mereka dengan bijak dan menghindari jebakan finansial, seperti utang konsumtif atau investasi spekulatif. Teknologi keuangan (fintech) menawarkan berbagai kemudahan, seperti pembayaran digital, aplikasi perencanaan keuangan, dan platform investasi. Namun, tanpa literasi keuangan yang memadai, generasi muda dapat terjebak dalam utang konsumtif atau melakukan investasi yang spekulatif dan berisiko tinggi. Literasi keuangan membantu mereka untuk memahami risiko dan manfaat dari berbagai produk keuangan yang ditawarkan oleh fintech


Mengapa Literasi Keuangan Penting untuk Generasi Muda?

Mengelola pendapatan dan pengeluaran dengan bijak adalah tantangan yang sering dihadapi oleh generasi muda, terutama bagi mereka yang baru memulai karier. Literasi keuangan membantu mereka untuk memprioritaskan kebutuhan pokok, mengelola pengeluaran, dan menyisihkan uang untuk tabungan atau investasi. Dengan literasi keuangan, mereka dapat membuat anggaran yang realistis dan memastikan bahwa pendapatan mereka digunakan secara efektif

Menghadapi tantangan ekonomi global juga menjadi alasan penting mengapa literasi keuangan sangat diperlukan. Ketidakpastian ekonomi global, seperti inflasi atau fluktuasi harga kebutuhan pokok, menuntut generasi muda untuk lebih cerdas dalam mengelola keuangan mereka. Literasi keuangan memberikan mereka pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi tantangan ini dengan lebih baik.

Selain itu, literasi keuangan membantu generasi muda untuk menghindari perilaku konsumtif yang sering kali menjadi penghalang untuk menabung atau berinvestasi. Budaya konsumtif yang didorong oleh kemudahan belanja online dan media sosial dapat menyebabkan generasi muda lebih cenderung untuk menghabiskan uang mereka daripada menyimpannya. Literasi keuangan mengajarkan mereka untuk membuat keputusan keuangan yang lebih bijak dan bertanggung jawab. Dengan literasi keuangan, generasi muda dapat membangun stabilitas keuangan di masa depan. Mereka akan memiliki keterampilan untuk merencanakan tujuan jangka panjang, seperti membeli rumah, mendanai pendidikan, atau mempersiapkan pensiun. Literasi keuangan juga memastikan bahwa mereka dapat memanfaatkan teknologi keuangan secara optimal dan aman


Strategi Membangun Kebiasaan Keuangan yang Sehat

Membangun kebiasaan keuangan yang sehat merupakan langkah penting untuk mencapai stabilitas finansial jangka panjang, khususnya bagi generasi muda. Langkah pertama adalah membuat anggaran bulanan yang menjadi dasar pengelolaan keuangan yang terorganisir. Generasi muda perlu mengalokasikan pendapatan mereka secara bijak dengan menggunakan aturan 50/30/20, yaitu 50% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk kebutuhan sekunder, dan 20% untuk tabungan atau investasi. Pemanfaatan aplikasi keuangan juga dapat membantu melacak pengeluaran harian. Selain itu, penting untuk membangun dana darurat yang berguna dalam situasi mendesak, seperti biaya medis atau kehilangan pekerjaan. Dana darurat ini dapat dicapai dengan menyisihkan 10% dari pendapatan bulanan hingga mencapai 3-6 bulan biaya hidup dan menyimpannya di rekening khusus yang mudah diakses.

Mengelola utang dengan bijak juga menjadi bagian penting dari kebiasaan keuangan yang sehat. Utang produktif, seperti untuk pendidikan atau usaha, bisa bermanfaat, tetapi utang konsumtif dengan bunga tinggi sebaiknya dihindari. Strateginya adalah memprioritaskan pelunasan utang berbunga besar terlebih dahulu dan menghindari pinjaman berbunga tinggi tanpa perhitungan matang. Selain itu, memulai investasi sejak dini dapat melindungi nilai uang dari inflasi sekaligus membantu mencapai tujuan finansial jangka panjang. Bagi pemula, investasi dapat dimulai dengan jumlah kecil dan memilih instrumen yang aman, seperti reksa dana pendapatan tetap, sambil mempelajari dasar-dasar investasi untuk meminimalkan risiko.

Teknologi keuangan juga bisa dimanfaatkan secara bijak untuk mendukung pengelolaan keuangan. Aplikasi fintech dapat membantu melacak pendapatan dan pengeluaran, sementara e-wallet mempermudah transaksi sehari-hari dengan tetap memantau penggunaannya. Selain itu, meningkatkan pemahaman tentang asuransi merupakan langkah strategis untuk melindungi keuangan dari risiko tak terduga. Asuransi kesehatan menjadi prioritas utama, sementara asuransi jiwa dapat dipertimbangkan jika memiliki tanggungan keluarga.


Peran Pendidikan dalam Meningkatkan Literasi Keuangan

Sebagai seorang dosen akuntansi, saya percaya bahwa pendidikan memiliki peran kunci dalam meningkatkan literasi keuangan generasi muda. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah mengintegrasikan literasi keuangan ke dalam kurikulum sekolah dan universitas, menjadikannya bagian wajib dalam mata pelajaran atau program pendidikan. Selain itu, penyelenggaraan seminar dan lokakarya dapat membantu mahasiswa dan masyarakat memahami pentingnya pengelolaan keuangan. Kolaborasi dengan lembaga keuangan, seperti bank atau perusahaan fintech, juga dapat menyediakan pelatihan praktis atau akses ke alat pengelolaan keuangan yang relevan. Penyebaran informasi melalui media sosial adalah strategi lain yang efektif untuk menjangkau generasi muda. Konten edukasi keuangan yang kreatif dan menarik dapat meningkatkan minat mereka terhadap literasi keuangan. Dengan langkah-langkah ini, pendidikan dapat menjadi fondasi yang kuat dalam membangun kebiasaan keuangan yang sehat sekaligus meningkatkan kemampuan generasi muda dalam menghadapi tantangan finansial di masa depan. 


Studi Kasus: Pentingnya Literasi Keuangan

Seorang mahasiswa dengan pendapatan tambahan dari pekerjaan paruh waktu dapat menjadi contoh. Dengan literasi keuangan yang baik, dia mampu:

Menyusun anggaran untuk kebutuhan kuliah dan pengeluaran sehari-hari.

Menabung secara rutin untuk membangun dana darurat.

Memulai investasi kecil di reksa dana untuk tujuan jangka panjang, seperti pendidikan pascasarjana.

Sebaliknya, tanpa literasi keuangan, mahasiswa tersebut mungkin akan menghabiskan pendapatannya untuk kebutuhan konsumtif tanpa menyisihkan tabungan atau mempertimbangkan investasi.

Awal tahun 2024 adalah momentum yang tepat bagi generasi muda untuk membangun kebiasaan keuangan yang sehat. Literasi keuangan memberikan fondasi yang kuat untuk mengelola pendapatan, menabung, berinvestasi, dan melindungi keuangan dari risiko. Sebagai akademisi, saya percaya bahwa edukasi keuangan harus menjadi prioritas, baik melalui pendidikan formal di sekolah dan kampus maupun program nonformal seperti seminar dan pelatihan. Dengan langkah yang tepat, generasi muda dapat menghadapi tantangan ekonomi dengan percaya diri dan membangun masa depan yang stabil dan sejahtera. (*)

0/Post a Comment/Comments

Dibaca