PERAN AKUNTANSI HIJAU DALAM MENDUKUNG TRANSISI KE EKONOMI BERKELANJUTAN

 

Ika Agustina
Dosen Prodi S1 Akuntansi STIE Ganesha

Dunia sedang menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Krisis iklim, penurunan sumber daya alam, dan tekanan dari masyarakat global mendorong berbagai pihak untuk beralih ke ekonomi berkelanjutan atau green economy. Ekonomi ini berfokus pada pencapaian pembangunan yang ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan sumber daya, dan memberikan manfaat sosial.

Dalam konteks ini, akuntansi hijau (green accounting) memainkan peran penting. Sebagai dosen akuntansi di STIE Ganesha, saya melihat akuntansi hijau sebagai alat yang tidak hanya mengukur kinerja finansial perusahaan tetapi juga menilai dampak lingkungan dan sosial dari aktivitas bisnis. Opini ini akan membahas peran akuntansi hijau dalam mendukung transisi ke ekonomi berkelanjutan, tantangan yang dihadapi, serta langkah strategis untuk implementasinya di Indonesia pada tahun 2023.


Akuntansi Hijau dan Perannya dalam Ekonomi Berkelanjutan

Akuntansi hijau adalah praktik akuntansi yang memasukkan aspek lingkungan dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan. Berbeda dengan akuntansi tradisional yang hanya fokus pada laba dan kerugian finansial, akuntansi hijau melibatkan pencatatan, pengukuran, dan pelaporan dampak lingkungan yang dihasilkan oleh kegiatan bisnis. Praktik akuntansi hijau mencakup beberapa aspek utama, seperti Environmental Accounting yang mengukur dampak lingkungan, seperti emisi karbon, limbah, dan konsumsi energi. Selain itu, ada juga Costing Environmental Impact, yang menghitung biaya terkait kerusakan lingkungan, misalnya polusi atau degradasi tanah. Tak kalah pentingnya, Sustainability Reporting menjadi bagian integral dari akuntansi hijau, yang bertujuan untuk melaporkan kinerja keberlanjutan perusahaan, termasuk penggunaan sumber daya alam secara efisien dan pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan.

Akuntansi hijau sangat penting untuk mendukung ekonomi berkelanjutan. Pertama, dengan mengintegrasikan keberlanjutan dalam keputusan bisnis, akuntansi hijau membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari aktivitas mereka, yang pada gilirannya memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih bertanggung jawab. Kedua, akuntansi hijau meningkatkan transparansi kepada pemangku kepentingan, memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat, investor, dan pemerintah tentang kontribusi perusahaan terhadap keberlanjutan. Ketiga, dalam menghadapi regulasi lingkungan yang semakin ketat, akuntansi hijau membantu perusahaan mematuhi peraturan yang ada, seperti yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang Laporan Keberlanjutan. Selanjutnya, dengan mendorong inovasi ramah lingkungan, akuntansi hijau berperan dalam transisi menuju green economy, mendukung pengembangan teknologi ramah lingkungan, termasuk energi terbarukan. Terakhir, akuntansi hijau menjadi alat yang efektif untuk menarik investor dan konsumen, yang kini semakin peduli dengan isu keberlanjutan.

Beberapa perusahaan besar telah menerapkan praktik akuntansi hijau, seperti laporan keberlanjutan yang diterbitkan oleh perusahaan multinasional seperti Unilever dan Coca-Cola, yang rutin melaporkan jejak karbon mereka, pengelolaan air, dan penggunaan bahan baku ramah lingkungan. Di sektor perbankan Indonesia, green banking juga berkembang, di mana bank seperti Bank Mandiri mulai mengembangkan produk keuangan hijau, seperti pembiayaan untuk proyek energi terbarukan dan laporan dampak lingkungan dari portofolio investasi mereka. Selain itu, beberapa perusahaan seperti PT Pertamina menerapkan carbon accounting, mengukur dan melaporkan emisi karbon mereka, serta menetapkan target pengurangan emisi untuk mendukung kebijakan pemerintah.

Namun, implementasi akuntansi hijau di Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya akuntansi hijau masih menjadi hambatan besar, terutama di kalangan perusahaan kecil dan UMKM. Selain itu, biaya implementasi yang tinggi untuk perangkat lunak, pelatihan, dan tenaga ahli seringkali menjadi beban bagi perusahaan kecil yang ingin beralih ke sistem pelaporan keberlanjutan. Tantangan lain adalah kurangnya regulasi yang kuat, di mana meskipun kebijakan laporan keberlanjutan telah ada, penerapannya masih terbatas pada perusahaan publik. Perusahaan juga sering menghadapi kesulitan dalam mengumpulkan data dan metodologi yang relevan untuk mengukur dampak lingkungan mereka secara akurat. Terakhir, ada juga resistensi terhadap perubahan, di mana beberapa perusahaan menganggap bahwa beralih ke akuntansi hijau tidak akan langsung memberikan keuntungan finansial yang jelas.


Strategi untuk Mendorong Akuntansi Hijau di Indonesia

Untuk mendorong implementasi akuntansi hijau di Indonesia, diperlukan berbagai strategi yang melibatkan sektor pendidikan, pemerintah, industri, dan masyarakat. Salah satunya adalah dengan meningkatkan literasi akuntansi hijau, baik di kalangan akademisi maupun profesional. Lembaga pendidikan, seperti STIE Ganesha, dapat memainkan peran kunci dengan mengintegrasikan kurikulum akuntansi hijau yang membekali mahasiswa dengan pemahaman mendalam tentang keberlanjutan dan dampak lingkungan dalam pelaporan keuangan. Selain itu, peningkatan regulasi dan insentif juga sangat penting. Pemerintah perlu memperkuat kebijakan terkait pelaporan keberlanjutan dan memberikan insentif, seperti pengurangan pajak, kepada perusahaan yang mengadopsi praktik akuntansi hijau. Langkah ini dapat mendorong lebih banyak perusahaan untuk beralih ke sistem yang mendukung keberlanjutan lingkungan.

Untuk memfasilitasi transisi ini, kolaborasi dengan penyedia teknologi juga diperlukan. Perusahaan perlu didorong untuk mengadopsi perangkat lunak akuntansi hijau yang memudahkan mereka dalam pengumpulan data lingkungan dan pelaporan yang lebih akurat. Pemerintah dan lembaga keuangan juga harus mendukung UMKM dalam adopsi akuntansi hijau, misalnya dengan memberikan subsidi atau pendampingan dalam proses implementasinya. Hal ini akan sangat membantu UMKM yang seringkali terhambat oleh keterbatasan sumber daya untuk mengadopsi teknologi baru. Selain itu, membangun kesadaran konsumen tentang pentingnya produk ramah lingkungan akan memberi tekanan pada perusahaan untuk meningkatkan transparansi dan melaporkan kinerja keberlanjutan mereka, karena konsumen kini lebih memilih produk yang mempertimbangkan dampak lingkungan.


Peran Akademisi dalam Mendorong Akuntansi Hijau

Sebagai akademisi, pendidikan memiliki peran yang sangat vital dalam mendukung adopsi akuntansi hijau di Indonesia. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah mengintegrasikan konsep keberlanjutan dalam kurikulum pendidikan akuntansi. Mahasiswa akuntansi perlu diperkenalkan dengan prinsip-prinsip dan praktik akuntansi hijau sejak dini, sehingga mereka siap menghadapi tantangan di dunia kerja yang semakin mengedepankan keberlanjutan. Selain itu, penelitian tentang akuntansi hijau perlu didorong untuk mengidentifikasi hambatan dan peluang dalam penerapan akuntansi hijau di Indonesia, serta mengembangkan solusi yang relevan dengan konteks lokal. Kolaborasi dengan industri juga menjadi kunci penting. Akademisi dapat bekerja sama dengan perusahaan dan lembaga pemerintah untuk mengembangkan pelatihan atau program implementasi akuntansi hijau yang dapat mempercepat adopsi praktik ini di sektor bisnis. Terakhir, meningkatkan kesadaran di kalangan mahasiswa melalui seminar, lokakarya, dan diskusi tentang isu keberlanjutan dan peran akuntansi dalam mendukung green economy akan membantu membentuk generasi akuntan yang lebih sadar akan pentingnya kontribusi mereka terhadap keberlanjutan lingkungan.

Akuntansi hijau adalah alat penting dalam mendukung transisi ke ekonomi berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan dampak lingkungan dan sosial ke dalam laporan keuangan, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih bertanggung jawab dan mendukung pembangunan yang ramah lingkungan. Meskipun ada tantangan dalam implementasinya, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan dapat mempercepat adopsi akuntansi hijau di Indonesia.

Sebagai dosen akuntansi di STIE Ganesha, saya percaya bahwa pendidikan memiliki peran strategis dalam menciptakan generasi baru akuntan yang siap menghadapi tantangan global dan mendukung agenda keberlanjutan. Dengan langkah yang tepat, akuntansi hijau dapat menjadi fondasi untuk ekonomi yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.(*)

0/Post a Comment/Comments

Dibaca